Mei 14, 2009

Tentang Persahabatan

‘Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan’. Hal inilah yang saya katakan pada diri saya sendiri saat perpisahan dengan teman-teman masa SMA saya. Saya masih ingat, malam itu, saya mendapat banyak sekali pesan-pesan perpisahan yang membuat saya hampir menangis ketika saya membacanya.

Dalam kekristenan, tentu saja kita mengenal ada yang namanya persahabatan yang kekal, karena setiap orang percaya pasti mempunyai seorang sahabat sejati di hatinya yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita, yang akan membuat kita semua menjadi satu di dalam Dia.

Roma 12 : 5
Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus, tetapi kita
masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

Kita adalah satu tubuh di dalam Kristus, tetapi setiap dari kita mempunyai kelebihan dan kekurangan kita tersendiri. Oleh sebab itu, janganlah kita menjadi sombong dan lupa diri akan kelebihan kita, sehingga kita memandang rendah sahabat atau teman kita yang agak kurang dalam talenta yang kita miliki. Atau mungkin sebaliknya, pernahkah kita sakit hati karena sahabat kita yang agak keterlaluan? Mampukah kita memaafkan dan melupakan segala kesalahan yang pernah diperbuat olehnya? Mampukah kita menerima segala kekurangan dan kelemahan dari sahabat kita?

Jika Tuhan saja bisa menerima kita yang penuh kekurangan, dan memaafkan segala dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat, mengapa kita tidak mampu memaafkan kesalahan yang diperbuat oleh orang lain kepada kita? Apalagi orang itu adalah teman, alias sahabat kita, tidakkah kita malu kepada Tuhan jika sampai saat ini masih ada orang yang mengaku percaya pada Yesus, tetapi masih bermusuhan dengan temannya?

Amsal 17 : 17
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam
kesukaran

Sebagai sahabat yang baik, hendaklah kita saling mengasihi, saling mendoakan satu sama lain, dan saling menguatkan agar kita lebih tabah dan tetap setia dalam menghadapi segala permasalahan hidup ini. Hidup ini tidak akan indah tanpa sahabat. Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak saudara-saudari untuk merenungkan sebuah lagu yang diciptakan oleh Worship Generation dengan judul :
Persahabatan
Raihlah janji yang Tuhan b’ri
Di dalam hatimu yang suci
Serasa aku tak percaya
Harapan Dia b’ri dalam hidupku
Kita s’lalu berdekatan
Tak terasa kini kan berpisah
Kesatuan hati yang terbuka
Yang membuat kita kuat
Reff :
Persahabatan kan kekal bila Yesus beserta
Persahabatan tak kenal perasaan kecewa
Sampai waktunya tiba, pulang ke rumah Bapa
Waktu hidup tak panjang, Bersahabatlah..!

Seperti makna lagu tersebut, tak peduli berapa lama pun kita hidup di dunia ini, bersahabatlah dengan sesama..! Sebab persahabatan itu akan kekal sampai kita kembali berkumpul di rumah Bapa.


Sahabat yang Belum Percaya

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus, jika kita yang percaya kepada Kristus sudah mendapat jaminan dalam kerajaaan sorga, bagaimana dengan sahabat atau teman-teman kita yang belum percaya? Tidakkah kita mengasihi mereka? Maukah kita melihat mereka terus berjalan di dalam kegelapan?

Ini adalah kewajiban kita, saudara-saudari, kita adalah rekan sekerja Allah untuk menyampaikan berita keselamatan, itulah sebabnya kita harus mampu hidup sebagai garam dan terang dunia. Kita harus mampu hidup sebagai contoh bagi mereka, mendoakan mereka senantiasa, dan berusaha untuk memperkenalkan Yesus kepada mereka.

Yakobus 4 :4
Hai kamu, orang-orang yang tidak setia; Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

Banyak orang yang salah menafsirkan ayat diatas dengan tidak berteman dengan orang yang bukan Kristen. Ini pemahaman Alkitab yang salah saudara-saudari. Jika misalnya kita tidak bersahabat dengan mereka yang tidak percaya, bagaimana mereka bisa menyaksikan betapa indah dan setianya kasih Tuhan kita itu? Kita boleh bersahabat dengan siapa saja, hanya saja jangan sampai kita terbawa arus dunia sehingga kita menjadi sama dengan dunia (dalam arti garam menjadi tawar). Kita harus tetap ingat bahwa kita ini adalah anak Allah Bapa, jadi dimanapun kita berada, kita akan tetap menjaga kesucian hidup kita. Jangan sampai jaminan kita dalam kerajaan sorga hilang hanya karena kenikmatan duniawi semata, amin?

Saudara-saudara yang terkasih, biarlah setelah membaca tulisan saya yang sederhana ini, saudara boleh diingatkan kembali akan pentingnya kasih kita terhadap seorang sahabat, baik dia yang sudah percaya maupun belum. Hendaklah kita senantiasa mendoakan mereka dan meminta Tuhan yang menjamah, menolong, dan melindungi mereka. Terpujilah nama Tuhan yang baik dan setia. Amin.

1 komentar: